Bab 298
Bab 298
Ruang Untukmu
Bab 298
“Aku masih belum memikirkan apa aku akan mengirim Jodi ke sekolah itu atau tidak,” jawab Tasya.
“Kamu tidak perlu memikirkannya,” kata Elan.
“Aku sudah memutuskannya untukmu,” kata si pria yang lalu pergi setelah menutup pintu di belakangnya.
Tasya berpikir apa dia harus bertahan dengan keputusannya! Wanita itu sudah melihat filosofi pengajaran sekolah itu dan semuanya terlihat sangat bagus. Si wanita akhirnya tertidur setelah meributkan dilemanya semalaman.
Keesokan paginya sudah tiba ketika Tasya membuka matanya. Elan mendatangi kamarnya dan mengetuk pintunya tepat pada pukul 08.00. Wanita itu benar–benar masih belum menemukan jawabannya meskipun dia bergadang semalaman. Jadi, Elan memegang tangan Jodi dan berkata, “Ayo pergi. Aku akan mengantarmu ke sekolah barumu.”
“Aku belum memikirkannya.”
Wanita itu menarik putranya kembali sambil berkata, “Aku harus memikirkannya lagi. Aku akan memeriksa sekolah lain di daerah itu hari ini.”
Elan menarik tangan si kecil Jodi yang lain lagi sambil mengatakan, “Bukannya aku akan menyumbangkan 10 miliar rupiah dengan sia–sia jika Jodi tidak sekolah di sini?”
“Apa?”
Tasya bisa merasakan kalau otaknya mengalami korsleting.
“Kamu menyumbang 10 miliar?” ulang si wanita.
Wanita itu tidak memercayai kalau si pria benar memberikan sumbangan hanya agar anaknya pergi ke sekolah! Tatkala Tasya masih terdiam karena terkejut, Elan membawa Jodi memasuki lift, Wanita itu buru–buru mengikuti mereka ke lift dan kepalanya masih berantakan ketika dia menatap si pria dan menanyainya. “Apa kamu benar–benar menyumbangkan 10 miliar rupiah?”
“Mhm,” jawab Elan dengan santai sambil memperbaiki kancing lengannya.
“Kenapa kamu tidak membicarakannya denganku?”
Tasya merasa histeris setelah mendengar pria itu mengonfirmaisnya. Dia tidak bisa memercayai sekeras kepala apa Elan ini. Mata tajam si pria menyipit tatkala dia menjawab, “Aku tidak merasa kalau diskusi diperlukan untuk masalah sesepele ini. This content belongs to Nô/velDra/ma.Org .
Aku hampu langsung memutuskannya.”
Tasva merasa seperti ada baru yang menekan dadanya sampai–sampai dirinya tidak bisa bernapas. Sumbangan 10 muliar itu tiba–tiba terasa seperti tanggung jawabnya.
Wanita itu membaun, ‘Tidak, aku tidak bisa membiarkan sumbangannya sia–sia.‘
Tasya sudah menemukan taman kanak–kanak swasta sekitar 20 menit dari tempat kerjanya dan biayanya per tahun sebesar 20 juta rupiah yang masih mampu dia bavar. Sikap si wanita tiba–uba berubah drastis dan dia menyunggingkan senyuman cerah kepada Elan.
“Aku akan mengantar Jodi ke sekolah sebentar lagi! Kenapa kamu tidak kembali ke perusahaan, Elan? Aku harus berbicara baik–baik dengan guru setelah Jodi tiba di sekolah barunya!”
Elan sudah menunda pertemuan pagi hanya demi mengantar anak laki–laki itu pergi ke sekolah. Si pria menjawab dengan muram, “Aku akan pergi bersamamu.”
“Tidak, tidak,” tolak si wanita.
“Pergilah dan sibukkan dirimu dengan pekerjaanmu.”
Elan baru saja mau mengatakan sesuatu ketika dia turun dari lift ketika ponselnya mulai berdenng. Setelah dia meraih ponselnya dan menerima panggilan itu, pria itu berbicara dengan ponselnya, “Hai ... Baiklah. Aku akan datang!
“Baiklah kalau begitu kamu bisa mengantarkan Jodi ke Taman Kanak–kanak Harapan. Semuanya sudah diatur. Dia bisa langsung masuk kelas.”
Tasya sangat gembira keuka wanita itu melihat kalau ada suatu urusan yang tidak bisa Elan unggalkan dan dia mengucapkan selamat tinggal kepada si pria dengan gembira, “Baiklah. Terima kasih sudah begitu baik. Sampai jumpa.”
Setelah dia dan putranya melihat mobil Elan pergi, dia memegang tangan putranya dan berkata, “Jodi Ibu akan mengantamu ke sekolah barumu. Ayo pergi!”
Wanita itu lalu mengantar putranya ke sekolah yang dia pilih. Meskipun bukan taman kanak kanak terbagus, sekolahnya tidak buruk sama sekali. Dia menyetujui langkah–langkah keamanan juga. Selain itu, sekolah sepertinya lebih aman karena terletak di sebelah kantor polisi. Dia beruntung karena kebetulan ada tempat untuk Jodi karena ada seorang anak yang putus sekolah
Meskipun Jodi adalah murid pindahan yang masuk kelas setengah jalan, dia sama sekali udak takut berada di lingkungan baru. Wikiu sudah menunjukkan jam Il siang saat dia menjalani segala prosedur
penerimaan. Tasya menyaksikan putranya dibawa ke kelas oleh seorang guru dan dia melambai kepada anak ilu
“Jodi. Ibu akan menjemputmu sore ini.”
Anak laki–laki itu melambaikan tangan dengan gembira sebelum dia pergi menemui ieman–teman sekelasnya yang baru. Tanpa ragu, Tasya mengunjungi TK swasta tersama di pusat kota. Gurunya sudah menunggu Jodi datang untuk menangani penerimaan, tetapi Tasya yang akhirnya muncul. Tasya mengambil posisi sebagai asisten Elan untuk menemukan jalan ke kantor kepala sekolah di mana dia mulai membahas donasi. Dia tidak malu sama sekali untuk meminta pengembalian dana karena Jodi tidak berakhir belajar di sini.
Awalnya, si kepala sekolah tidak senang mendengarnya. Akan tetapi, si kepala sekolah hanya bisa memberikan tanda tangannya dengan muka masam tatkala Tasya terus menerus mendesak pengembalian dananya. Hanya setelah satu jam ketika Tasya mendapatkan kartu bank untuk pengembalian uang 10 miliar rupiah, dia akhirnya bisa pergi dengan perasaan lega.
Next Chapter