Bab 285
Bab 285
Ruang Untukmu
Bab 285
Tasya seharusnya mendorong tubuh Elan menjauh, tapi entah kenapa tubuhnya membeku. Seketika tubuhnya terasa panas dan pipinya memerah. Jantungnya berdegup kencang dan dia hanya bisa melihat Elan mencium bibirnya.
“Elan, jangan lakukan ini…” Ketika bibir Elan hampir menyentuh bibirnya, Tasya menghentikan Elan.
Tapi Elan tahu kalau permintaan Tasya sangat bertolak belakang dengan perasaannya yang sesungguhnya. Bibir Elan tersenyum simpul, lalu mengecup bibir Tasya. Saat itu, hutan bambu terasa sunyi, dan suara tawa dari aula pesta terdengar sampai ke tempat mereka saat ini, tapi itu tidak masalah.
Kepala Tasya bersandar di dada Elan yang hangat dan bidang. Dia bisa merasakan degup jantung Elan. Entah kenapa, rasanya menenangkan sekaligus mendebarkan.
Elan memberinya rasa aman sekaligus memancarkan aura yang mendebarkan.
Bintang di langit berbinar, cahaya rembulan menyinari hutan bambu. Disana, seorang laki-laki sedang mencurahkan seluruh hati dan jiwanya pada perempuan yang ada di pelukannya.
Saat itu, pikiran Tasya berkecamuk. Terkadang pikirannya terasa kosong dan membuatnya pusing, tapi sekaligus terasa seperti mimpi yang indah. Tasya hanya bisa menikmati mimpi indah yang diberikan Elan padanya.
Ciuman Elan membuat hatinya bergejolak; dia merasa malu sekaligus bahagia.Exclusive © content by N(ô)ve/l/Drama.Org.
Bagi Elan, kehangatan dan keharuman tubuh Tasya rasanya seperti sebuah terapi yang menenangkan, membuatnya terpikat dan tidak mau melepaskannya. Dan entah kenapa, perasaan ini membuat Elan teringat pada insiden lima tahun yang lalu, tapi dia segera melupakannya. Saat ini, dia tidak mau memikirkan perempuan lain selain Tasya.
Sampai akhirnya, saat Tasya merasa Elan mulai semakin ganas, dia segera tersadar. Malam ini adalah pesta ulang tahun Nyonya Prapanca dan sangat tidak sopan kalau mereka sampai berciuman di acara seperti ini. Jadi, dia mendorong Elan menjauh. Elan mengakhiri ciumannya dan menyandarkan keningnya pada kepala Tasya. Sepasang mata hitamnya melihat wajah Tasya yang tersipu. Dia berkata dengan suara seraknya, “Jangan jatuh cinta pada orang lain selain aku.”
Tasya terdiam sejenak lalu membalas, “Apa Pak Elan sekarang sudah tidak percaya diri?”
Saat mendengar pertanyaan Tasya, mata Elan berbinar dan berkata, “Kamu hanya milikku.” Elan pun memeluk Tasya erat.
Tasya menatapnya dan dia mengedipkan mata beberapa kali. Mata Tasya memantulkan cahaya bintang dan wajah Elan. Dia tidak menjawab karena dia belum siap mendengar perkataan Elan tadi. Dia tidak menolaknya, karena sebenarnya dia tidak masalah dengan sikap posesif Elan padanya.
Tiba-tiba, Elan mendekat dan menggigit lembut telinga Tasya. “Kalau kamu tidak menjawab, aku anggap kamu setuju.” Ujarnya dengan suara serak.
Perkataan Elan membuat Tasya terdiam. Alasan Kenapa aku tidak menjawabnya adalah karena aku ingin menghormatimu, oke?
Tak lama, ponsel Elan berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan menatapnya. “Sudah waktunya kita kembali ke pesta ulang tahun Nenekku.” ujarnya
Roy sedang mencarinya.
Setelah mereka meninggalkan hutan bambu, Tasya mengambil napas dalam-dalam sebelum kembali ke pesta. Dia khawatir kalau orang lain akan curiga kalau ada sesuatu diantara dia dan Elan, jadi dia segera mencari anaknya.
Ketika Elan melihat Tasya pergi dengan terburu-buru, seolah ingin menjauh darinya, sekelebat rasa frustasi terlihat di mata Elan.
Di aula pesta, Helen terus mencari kesempatan untuk bisa bertemu dan mengucapkan selamat ulang tahun pada Nyonya Prapanca, tapi sekarang sedang ada banyak orang dan Nyonya Prapanca dikelilingi banyak tamu selama pesta.
Selain itu, sudah lima belas menit Helen mencari Elan. Tadi, Elen dan Tasya pergi secara bersamaan, makanya dia bertanya-tanya. Dia sedang membayangkan jangan-jangan Tasya sedang memanfaatkan kesempatan ini untuk menggoda Elan.
Padahal, dia salah. Meskipun mereka tadi pergi secara bersamaan.
?
Tak lama, Helen melihat Elan kembali ke aula pesta. Tapi ketika dia berbalik, entah bagaimana Tasya tiba-tiba muncul di samping Frans. Helen hanya bisa mencengkram gelas di tangannya dengan erat.
Apakah mereka tadi pergi bersama?
Karena cemburu, Helen merencanakan sesuatu untuk mengganggu Tasya. Dia menarik Elsa ke tepi ruangan dan membisikkan sesuatu di telinganya. Lalu Elsa menganggukkan kepala dan berkata, “Jangan khawatir. Rencanamu akan kulakukan.”
Setelah Elsa keluar dari aula pesta, dia berjalan ke arah kolam renang. Saat dia melihat di kursi utama yang ada di dalam aula pesta, ternyata Nyonya Prapanca keluar aula bersama asistennya. Tanpa pikir
panjang, dia segera mencari seorang pelayan dan berkata, “Tolong beritahu Nona Tasya kalau Nyonya Prapanca ingin bertemu dengannya di tepi kolam renang.”
Karena Elsa adalah tamu acara dan sedang menyampaikan pesan, pelayan itu tersenyum dan berkata, “Baiklah.”
Saat itu, Tasya sedang panik karena tidak bisa menemukan anaknya. Tapi kemudian dia menerima telepon dari Nando yang memberitahunya kalau dia dan Jodi sedang ada di tempat bermain untuk anak-anak, jadi Tasya tidak perlu khawatir.
Next Chapter