Ruang Untukmu

Bab 307



Bab 307

Ruang Untukmu

Bab 307

“Aku benar-benar menyukainya!” balas Jodi.

‘Kenapa dia tidak pulang ke rumahnya untukber istirahat?‘ Tasya diam-diam bertanya kepada dirinya sendiri setelah melihat kalau sudah jam 21:40.

Wanita itu membatin, Aku penasaran kenapa dia datang kemari.‘

Dengan berusaha sekuat tenaga agar tidak terdengar seperti mengusir si pria, wanita itu memulai, “Sudah larut, Pak Elan. Saya harus memandikan Jodi dan dia harus pergi ke sekolah besok. Anda harusnya pulang dan beristirahat.”

Si wanita tahu kalau suasana hati Elan sedang buruk hari ini dan dia cukup tahu untuk tidak membuat Elan kesal saat ini.

“Jodi, mandilah. Aku akan bermain denganmu setelah kamu selesai.”

Kemudian, Elan menurunkan anak itu kembali ke lantai dan dia duduk di sofa. Tasya tidak punya pilihan selain meninggalkan pria itu sendirian sambil membawa Jodi ke kamar mandi. Setelah anak itu sudah mandi, dia berlari ke sofa lagi untuk bermain dengan Kubus Rubik bersama Elan. Melihat si pria yang membuat anaknya keasyikan bermain, wanita itu melanjutkan beberapa pekerjaan rumah sampai pukul 22:00 yang merupakan waktu Jodi harus pergi tidur.

“Jodi, sudah waktunya tidur,” Tasya mendesak putranya. Content is property © NôvelDrama.Org.

“Namun, aku masih mau bermain.”

“Aku akan menemanimu sampai kamu tertidur.”

Sebaliknya, Elan justru yang angkat bicara tatkala pria itu menggendong bocah lelaki yang mengenakan piama bergambar kartun itu ke kamar tidur. Tasya sedikit terpana dengan undakannya. Kenapa dia tetap berada di sini dan tidak pulang ke rumahnya sendiri?

Pada saat yang sama, orang–orang yang duduk di dalam mobil di luar gedung melaporkan keberadaan Elan kepada Alanna. Wanita itu tahu kalau itu adalah daerah perumahan Tasya begitu dia mendengar nama jalan itu. Dia membatin, `Apa Tasyalah alasan Elan meninggalkan makan malamnya? Apa Tasya sengaja memanggil Elan ke rumahnya? Kenapa Tasya mengatakan kalau dia tidak menyukai Elan di satu sisi, tetapi dia menyabotase kencanku di sisi lain?

Alanna sekarang sedang duduk di kondominiumnya, tatapannya terlihat sangat dingin tatkala pertanyaan memenuhi benaknya. Wanita itu lagi-lagi membauin, ‘Tasya itu orangnya memang cari mati, ya? Siapa pun yang menghalangi rencana Ayah akan mati!‘

Saat itu pukul 22:10 saat Tasya yang sudah kelelahan selesai mengerjakan sebagian besar pekerjaannya, terduduk di sofa dengan segelas air di tangannya. Wanita itu membuka pintu kamar anaknya di mana dia melihat Jodi sudah tertidur di bawah sinar temaram. Elan membuat suara pelan untuk menyuruh si wanita mengecilkan suaranya sebelum pria itu bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya Jodi.

Timrotum in IT

Tasya melangkah mundur untuk memberikan jalan kepada si pria. Di saat itulah, dia menerima pesan teks di ponselnya. Merasa terkejut, si wanita melihat ponselnya hanya untuk melihat kalau

pesan itu ternyata dari Romi.

“Tasya, ayahmu sudah kembali ke rumah dengan selamat.”

“Terima kasih, Pak Romi.”

“Jangan panggil aku begitu. Kamu bisa memanggilku Romi!”

Melihat pesan itu, dia membalas Romi dengan “Oke” singkat dengan sopan. Si wanita bersikap sangat sopan dengan Romi karena dia tahu dirinya akan sangat bergantung kepada pria itu dalam hal mengambil alih perusahan ayahnya. Sementara itu, Elan tiba-tiba merebut ponsel dari tangannya. Secara kebetulan, Romi mengirim pesan lain. Saat tatapan dingin Elan menelusuri isi pesan baru dari Romi, raut mukanya langsung terdiam.

“Tasya, aku bersenang-senang malam ini. Terima kasih telah memberiku malam yang menakjubkan.”

Malam yang luar biasa? Apa yang Tasya lakukan sampai membuat Romi merasa begitu “menakjubkan “? Alis Tasya langsung berkerut dan dia buru-buru berkata, “Berikan ponselku.”

Pria yang bisa mengalakannya dengan mudah secara fisik itu menyipitkan matanya kepadanya dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengan Romi?”

“Kami makan malam!”

Wanita itu dibuat bingung setelah mendengar pertanyaan si pria. Apa lagi yang bisa mereka lakukan bersama kalau tidak makan bersama? Mengingat Elan masih tidak memercayai perkataan Tasya, dia bertanya, “Hanya itu saja?”

Pesan teks itu sepertinya memiliki makna tersembunyi.

“Elan, berhenti main-main dan kembalikan ponselku,” kata Tasya yang tidak mau ada orang yang melihat pesan pribadinya.

Sebuah pesan tiba-tiba datang lagi dari Romi, “Selamat malam, Tasya. Mimpi indah. Aku akan bertemu denganmu lain kali.”

Elan juga membaca pesan baru itu dan bibirnya yang tipis melengkung ketika dia bertanya, “Bagaimana kalian bisa sedekat ini hanya dalam semalam.”

“Berikan ponselku,” kata Tasya dengan bersungguh-sungguh saat ini tatkala dia menatap pria itu dengan tatapan mengerikan.

“Kalau kamu mau ponselmu,” kata Elan mengangkat telepon di atas kepalanya.

Si pria lalu membalas, “Ambillah.”

Tasya lebih tahu agar tidak terjebak dengan tipuan sepele yang sering digunakan pria untuk membodohi wanita. “Sudahlah, kalau begitu. Kapan kamu berencana pergi?”

“Aku tidak akan pergi malam ini. Aku akan menginap di sini,” kata Elan dengan angkuh sambil menyilangkan tangan.

Wanita itu akhirnya merasa jengkel setelah mendengar perkataan si pria dan dia meludah, “Aku tidak punya tempat tidur untukmu.”

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.