Bab 280
Bab 280
Ruang Untukmu Bab 280
2 Comments / Ruang Untukmu / By Admin 01
Bab 280 Sementara itu, Frans sedang dalam perjalanan menuju Vila tempat pesta berlangsung bersama istri dan anaknya. Pingkan dan
Elsa terlihat sangat senang karena ini adalah kesempatan sekali seumur hidup bagi mereka untuk datang ke acara mewah seperti itu.
Sedangkan Helen, berangkat sendirian ke Vila.
Dia tidak lagi takut untuk memberitahu Elsa apa yang akan dia lakukan karena sekarang dia harus mengungkapkan semuanya padanya.
Elsa adalah orang yang mata duitan, jadi dia bisa menyogoknya dengan uang begitu saja.
Dia harus membuat Elsa berpihak padanya dalam mengurusi Tasya.
Disaat yang bersamaan, Elsajuga bisa membantunya menyelesaikan beberapa hal.
Ponsel Tasya berdering di waktu yang tepat.
Dia menatap layar ponsel dan berkata, Nyonya Prapanca, Ayah saya sudah sampai." "Angkat teleponnya." ujar Hana menganggukkan
kepalanya.
Setelah itu, Tasya berjalan ke arah balkon untuk menerima telepon, sedangkan Hana beralih pada Jodi.
"Kemarilah, Jodi.
Nenek mau lihat betapa tampannya kamu." Jodi sepertinya juga tertarik pada perempuan berambut putih itu, meskipun dia tidak tahu
kenapa.
Jodi sama sekali tidak tahu kalau ini semua terjadi karena adanya ikatan darah diantara mereka, karena Jodi memang anggota keluarga
Prapanca.
Dengan patuh, Jodi mendekat pada Hana.
Tak lama, Hana memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Melihat Jodi, dia terkejut sekaligus kagum.
Kenapa dia terlihat mirip dengan Elan? Apakah ini takdir? Sementara itu, Tasya menjawab telepon Ayahnya.
"Tasya, Ayah sudah sampai di tempat pesta ulang tahun Nyonya Prapanca, bersama Pingkan dan Elsa.
Apa kamu sudah disini?" tanya Frans penuh semangat.
"lya, aku sudah sampai." "Kamu dimana? Karena acaranya belum dimulai, kami mau bertemu denganmu dulu.
Ayah juga ingin bertemu Jodi." Ujar Frans yang merasa canggung karena dia tidak begitu mengenal keluarga Prapanca dan tidak ada orang yang dia kenal.
"Baiklah! Aku ada di kamar Vila nomor sepuluh.
Datanglah kemari!" balas Tasya.
Setelah menutup telepon, Tasya mendekati Hana dan berkata, "Ayah saya dan yang lainnya akan mampir kemari sebentar, Nyonya Prapanca." "Tentu.
Aku juga ingin bertemu dengan Ayahmu." ujar Hana menganggukkan kepalanya.
Kemudian dia menatap Tasya lembut dan bertanya, "Apakah Ibu tirimu memperlakukanmu dengan baik?”
Mendengar ini, Tasya terpaksa menganggukkan kepalanya karena tidak ingin membuat Hana khawatir.
"Saya tidak tinggal bersama beliau.
Dan untuk saat ini, hubungan kami baik-baik saja." Tak berapa lama, Frans dan keluarganya duduk di sofa.
Saat Elsa melihat Vila yang ditempati Tasya, dia merasa iri.
Kehidupan Tasya setelah bersama Elan benar-benar jauh lebih baik dari Elsa.
Mereka pun sampai di lobi.
Saat mereka masuk ke dalam, Frans terkejut ketika melihat ada seorang perempuan tua yang begitu anggun dan elegan duduk di sofa.
Pingkan juga terkejut.
Apakah ini Nyonya Besar dari keluarga Prapanca? "Halo, Pak Frans. Exclusive © content by N(ô)ve/l/Drama.Org.
Silahkan duduk."
"Nyonya Prapanca, Anda ada disini juga.
Sudah lama tidak bertemu." Frans adalah seorang pebisnis dan dia sudah terbiasa untuk bersikap sopan pada mereka yang lebih kaya.
Meskipun mantan istrinya sampai harus berkorban demi keluarga Prapanca, Frans tetap bersikap sopan pada mereka karena kekayaan dan pengaruh keluarga mereka.
"Pak Frans, tahun-tahun berlalu tanpa kita sadari.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat!" ujar Hana.
"Betul! Sudah lebih dari sepuluh tahun kita tidak bertemu." Ujar Frans sangat sopan, seolah-olah dia adalah seorang anak baru.
"Halo, Nyonya Prapanca.
Saya Pingkan, istri kedua Frans.
Ini anak perempuan kami, Elsa." Setelah itu, Pingkan menatap Elsa dan berkata, "Elsa, ini Nyonya Prapanca."
Elsa pun menyapanya dengan suara manis.
"Halo, Nyonya Prapanca.
Saya Elsa." "Senang bertemu kalian semua." ujar Hana sambil tersenyum.
"Anda terlihat masih muda, Nyonya Prapanca!" Pingkan sepertinya berusaha memuji Hana.
"Yah, aku semakin tua!" ujar Hana sambil melambaikan tangannya dan wajahnya tersenyum.
Saat itu, Ana mendekatinya dan berkata, "Nyonya, sudah waktunya Anda harus menyapa para tamu."
"Betul juga.
Kalau begitu aku akan ke aula pesta dulu, ya.
Kalian bersenang-senanglah dan datanglah lebih awal." Ujar Hana pada keluarga Merian.
"Baiklah.
Mari saya antar." Frans beranjak dari tempat duduknya dan Pingkan pun juga ikut.