Bab 228
Bab 228
Ruang Untukmu
Bab 228
“Bukannya Roy menunggumu di bawah?” Tasya bertanya.
“Aku menyuruhnya pergi,” jawab) Elan yang berbaring di sofa dan menggosok matanya saat dia berbicara.
“Lihat betapa lelahnya kamu. Lain kali, apa kamu bisa pulang saja ke tempatmu daripada datang kemari?” tanya Tasya dengan kesal.
“Aku tidur nyenyak kalau aku di sini. Lagi pula, aku tidak bisa tidur di rumahku,” kata Elan dengan suara serak, seolah–olah dia akan tertidur begitu menyentuh sofa.
Si wanita melihat tubuh pria yang besar meringkuk di sofa dan merasa agak iba kepada Elan. Wanita itu akhirnya menggigit bibirnya dan berkata, “Elan, kamu bisa tidur di tempat tidurku.”
Elan berbalik dan menatapnya dengan mata merahnya, senyum di balik tatapannya semakin dalam ketika dia bertanya, “Kamu benar–benar bersedia membiarkanku tidur denganmu?”
Tasya menghindari tatapannya dan membungkuk sembari menjawab, “Tidur saja sebelum aku berubah pikiran.”
Elan duduk dan berjalan menuju kamar tidurnya. Kemudian, pria itu berkata dengan tenang, “Jangan biarkan pria lain masuk ke rumahmu lagi, apalagi kamar tidurmu.”
“Urus saja urusanmu sendiri.”
Wanita itu berdiri di dekat pintu saat dia berbicara kembali kepada Elan. Sementara ilu, si pria melepas sepatunya sebelum naik ke tempat tidur. Setelah dia merasa nyaman, pria itu berkata, “Tasya, kamu memedulikanku. Kamu hanya belum mengakuinya.”
“Berhenti berbicara omong kosong kalau kamu mau tidur,” kata Tasya mematikan lampu untuk Elan dan menutup pintunya.
Wanita itu pindah ke kamar tidur putranya setelah itu.
Si kecil Jodi benar–benar sudah terudur lelap. Tasya lalu berbaring di sebelah anaknya. Dalam kegelapan, beberapa pikiran mulai bermunculan dalam benak wanita itu.
Apa aku memedulikannya? Tiduk, tentu saja tidak. Aku hanya merasa iba pada Elan karena dia terlalu banyak bekerja. Bagaimanapun, dia itu atasanku dan dia juga menjaga Jodi.
Tatkala Tasya mencari beberapa alasan lagi, wanita itu sangat lelah sampai–sampai
dia tertidur. Keesokan paginya, Jodi bangun lebih awal daripada ibunya. Ketika anak itu melihat ibunya tidur di tempat tidurnya, matanya terlihat bingung. Lalu, dia sepertinya sudah menebak sesuatu ketika dia segera turun dari tempat tidur dan membuka pintu. Begitu anak laki–laki itu melihat sosok yang luar biasa tampan duduk di sofa, dia berteriak kegirangan, “Oın Elan, apa Om tidur di rumah kami tadi malam?”
Elan mengerucutkan bibirnya dan tersenyum saat menjawab, “Ya. Apa ibumu sudah bangun?”
“Mama masih tidur.”
“Biarkan ibumu tidur kalau begitu. Om akan mengantarmu ke sekolah,” kata Elan yang tahu dia sudah mengganggu rencananya tadi malam.
Si kecil Jodi kegirangan karena senang saat Elan mengantarnya ke sekolah. Anak itu berganti pakaian dan mengenakan seragam serta ransel kecilnya, lalu muncul lagi. Elan membawa kunci mobilnya ke meja, bersama dengan kotak makan siang yang berisi roti gandum yang dibeli Roy tadi pagi.
“Om Elan, Om memberikan sarapan untuk Mama?” tanya Jodi yang memperhatikan kotak makan siang di atas meja.
Elan tersenyum dan menepuk kepala anak itu dan menjawab, “Ayo pergi! Aku membawakan beberapa lembar roti bagimu untuk dimakan di mobil.”
Di sisi lain, Tasya terbangun dalam keadaan linglung. Ketika dia menyadari kalau putranya tidak ada bersamanya dan menyadari kalau ransel putranya hilang dari meja, wanita itu tahu seseorang sudah mengantar Jodi berangkat ke sekolah. Tasya butuh beberapa detik untuk menyesuaikan diri, lalu si wanita bangun dari tempat tidurnya dan mandi. Saat dia keluar dan melihat kotak makan siang di atas meja, dia tercengang. Wanita itu mengira kalau dirinya pasti sudah gila. Wanita itu baru saja bersumpah untuk tidak mendekati Elan, tetapi dia gagal lagi. Sayangnya! Content © provided by NôvelDrama.Org.
Sambil memikirkan apa pria itu sudah sarapan, Tasya duduk untuk sarapan. Dia mendapatkan telepon dari toko jual beli mobil yang memberi tahu kalau dirinya bisa mendapatkan mobilnya jam 10 pagi nanti. Lalu, wanita itu memanggil Felly dan
Felly menyuruhnya pergi terlebih dahulu, lalu Felly akan menemani Tasya mengambil mobilnya. Tasya khawatir kalau dia tidak akan berani mengemudi di jalan, jadi dia meminta Felly menemaninya saat dia mengendarai mobil sepulang dari toko jual beli mobil.
Dia baru saja menyelesaikan teleponnya ketika dia mendengar suara kunci dari luar pintu. Elan sudah kembali. Tasya berkata kepada pria itu, “Kamu tidak usah mengantarku ke kantor hari ini. Aku mengambil cuti setengah hari, aku akan pergi ke toko jual beli mobil.”
“Aku akan pergi bersamamu,” kata Elan mengangkat alis seraya berjalan dengan
anggun.
“Tidak apa–apa. Felly akan ikut denganku. Kamu bisa fokus pada pekerjaanmu,” jawab Tasya yang sudah berganti pakaian.
Wanita ini mengenakan blus putih sederhana yang dipasangkan dengan celana jin. Pakaiannya praktis dan modis. Di mata Tasya, semakin sederhana palet warnanya, semakin cantik penampilannya.
Previous Chapter
Next Chapter