Ruang Untukmu

Bab 139



Bab 139

Bab 139 All content is © N0velDrama.Org.

Elan menutup arsipnya dan melirik jam, “Ayo pergi!”

Tasya menanyai ayahnya begitu wanita itu masuk ke mobil ayahnya.

“Hal penting apa yang mau dibicarakan. Ayah? Kenapa Ayah membutuhkanku untuk berada di sana?”

“Ayah membawamu ke acara lelang. Perusahaan kita berharap bisa memperoleh salah satu proyek yang ditawarkan. Di saat yang sama, Ayah juga mau kamu mengamati prosesnya schingga kamu tahu cara kerjanya ketika kamu mengambil alih perusahaan.”

Tasya mengerjapkan matanya. Bukankah rencanaya terlalu jauh ke depan?

“Ayah ini masih muda, Ayah. Paling tidak perlu sepuluh tahun lagi sebelum aku mengambil alih apa pun!” kata Tasya sambil tertawa jengkel.

“Ayah hanya mau kamu bersiap sedikit lebih awal, jadi kamu tidak akan terlalu bingung saat kamu benar–benar mengambil alih perusahaan. Ayah benar–benar ingin kamu memahami industri ini,” kata sang ayah.

Frans adalah seorang pria yang berpandangan jauh ke depan. Selain itu, dia merasa lebih lemah belakangan ini – dia harus mengakui kalau dia sudah semakin tua.

Tasya tidak punya pilihan selain mengikuti rencana ayahnya, mengingat itu yang ayahnya inginkan. Acara pelelangan ini adalah acara akbar yang diadakan di beberapa perusahaan dan Frans memimpin Tisya untuk bertemu dengan asistennya sebelum mereka memasuki aula bersama–sama. Mereka semua mendapatkan kursi di bagian belakang ruangan dan Tasya melihat semakin banyak orang masuk. Ini terlihat seperti lelang yang sangat besar. Apakah perusahaan Ayah akan mendapat kesempatan untuk bekerja sarna?

Wanita itu mengangkat botol airnya dan menyesap minumannya sambil melirik ke sekelilingnya. Dia ingin tahu tentang sekelilingnya, jadi dia melirik ke sekeliling ruangan untuk beberapa saat sebelum tatapannya mendarat pada dua orang yang inemasuki ruangan itu. Tasya hampir saja memuntahkan minumannya pada orang di depannya, tetapi dia menutup mulutnya tepat pada waktunya untuk menelan minuman yang berada di mulutnya.

Bukan hanya bos besar dengan perut besar yang memasuki ruangan–ada juga orang–orang dengan tubuh dan ukuran badan yang lain juga. Dua pria yang baru saja masuk, contohnya, berbadan jangkung dan tinggi yang memancarkan aura berbeda. Kedua pria itu adalah Elan dan Roy. Keduanya mengenakan setelan jas dan penampilan mereka yang tampan sangat berdampak pada orang–orang yang melibat sekeliling ruangan

Tasya tidak akan pernah menyangka kalau dia akan bertemu Elan di tempat yang berisik dan rama seperti ini Apa dia berada di sini untuk acara lelang juga? Wanita itu memperhatikan si pria yang memasuki kerumunan Pria itu tidak memperhatikannya sama sekalian da hanya mengikut kay untuk duduk di tingkat awal aula Aklumnya, Elan mendapat tempat duduk di barisan depan – Tasya terus memperhatikan tatkalni pria duduk di samping seorang pria yang Dolak parah. Mereka terlibat sedang mendiskusikat truan

Tasya tidak bisa menahan diri untuk udak berdin karena penasaran Namun, Frans menepuk

pundaknya. “Duduklah, Tasya. Rapatnya akan segera dimulai.”

*Kalau Elan berada di sini untuk mengikuti lelang, maka bos lainnya bisa beristirahat,‘ pikir Tasya.

Apa mereka masih punya alasan untuk terus berada di sini? Perusahaan ayahnya juga tidak akan memiliki banyak peluang. Akan tetapi, selang beberapa menit, Tasya melihat Elan berdiri. Dengan menatap punggungnya, dia bisa tahu kalau si pria sedang memperbaiki jasnya. Roy berdiri di sampingnya, mereka berdua berjabat tangan dengan pria botak di samping mereka sambil terus

mengobrol sebentar. Pria botak itu mengulurkan tangannya untuk mengirim mereka pergi– pria botak itu seolah mengirim dewa ke surga.

Sepertinya Tasya menatap Elan terlalu lama karena pria itu tiba–tiba mendongak. Keduanya saling bertukar pandang, pria itu langsung membeku. Dia menyipitkan matanya untuk menatap Tasya — si pria juga tidak menyangka akan melihat si wanita di tempat seperti ini. Semuanya mulai menjadi masuk akal saat dia melihat ayahnya Tasya yang ada di sampingnya.

Tasya dan Elan saling berpandangan selama beberapa saat lagi. Salah satu dari mereka memandangi yang lain dengan penasaran, sementara yang lain memandang dengan agak samar.

Elan tiba–tiba memutuskan untuk tetap di acara lelang itu dan berbalik memanggil Roy.

“Carikan kami tempat duduk,” perintahnya.

Setelah itu, Elan berjalan menuju kursi satu baris di belakang tempat Tasya berdiri. Saat Roy melihat Tasya, dia melambaikan tangannya dengan ramah, dan dia membalas senyumannya. Akan tetapi, begitu dia berbalik, Tasya melihat dirinya menatap wajah familier seorang pria yang baru saja duduk Mengingat ada ayahnya di sebelah, dia tidak bisa banyak berbicara pada Elan. Terlebih lagi, pelelangan akan segera dimulai.

Previous Chapter

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.