Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 11



Untuk mencegah penyakit Selena agar tidak semakin memburuk, Lewis menetapkan waktu kemoterapi tahap pertama pada dua hari kemudian.

Efek samping kemoterapi sangat banyak. Dua minggu pertama setelah kemoterapi, tubuh Selena akan sangat lemah dan rambut akan rontok. Oleh karena itu, Selena harus menyelesaikan urusannya terlebih dahulu.

Arya belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Untunglah Selena tidak perlu khawatir lagi dengan biaya medisnya. Setelah memperpanjang deposit untuk biaya pengobatan ayahnya, dia kembali ke rumah.

Rumah itu pada awalnya adalah rumah pernikahan milik dirinya dan Harvey. Dia berpikir tidak lama lagi dirinya juga akan pindah dari sini, dia takut tubuhnya tidak akan kuat setelah kemoterapi, sehingga dia menghubungi perusahaan layanan pindah rumah lebih awal.

Yang datang termasuk sahabatnya yang paling baik, Olga Christopher. Olga mengenakan setelan formal yang lengkap, membawa sebuah tas, memakai sepatu hak tinggi, dan membawa dua buah ubi bakar. Dia datang dengan terburu-buru.

Dari jauh sudah terdengar suara Olga yang keras, “Selena, akhirnya kamu akan keluar dari neraka! Aku baru saja menerima komisi penjualan rumah bulan lalu, malam ini aku akan mengajakmu bersenang-senang di Klub Pegasus. Jangan takut kehilangan seorang pria, masih ada banyak pria yang lebih baik.”

Selena menghilang selama seminggu ini, dan Olga kebetulan pergi ke luar negeri untuk menemui pacarnya. Olga tidak tahu tentang penyakit Selena, dia hanya berpikir bahwa Selena akhirnya memutuskan untuk bercerai.

Selena tersenyum dan berkata, “Tidak bisa. Aku takut pacarmu itu akan langsung naik pesawat kemari dan membuat perhitungan denganku kalau tahu kamu pergi ke Klub Pegasus.”

“Sudahlah, aku tidak akan pernah percaya lagi dengan adanya cinta sejati di luar negeri sana. Aku tadinya ingin memberikan kejutan untuknya, tetapi kamu tahu apa yang terjadi? Dia menggunakan uang hasil komisiku yang aku dapatkan dengan kerja keras untuk menafkahi wanita lain di sana.”

Olga pun berteriak memaki-maki, air mata kesedihannya tak bisa disembunyikan. Cinta tujuh tahun mereka akhirnya berakhir karena jarak.

Selena ingin menghiburnya dengan beberapa kata, tetapi dia teringat dengan pernikahannya sendiri yang berantakan dan penuh kekacauan. Dia sendiri adalah seorang pendosa, jadi bagaimana dia bisa menyelamatkan orang lain?

“Dengan temperamenmu yang seperti itu, bukankah kamu justru akan membuat kekacauan yang lebih parah lagi?” ujar Selena kepada dirinya sendiri dalam hati.

Olga menarik Selena duduk di taman bunga di halaman, lalu memberikannya satu ubi bakar yang ada di tangannya. Dia sendiri pun mulai memakannya seakan dirinya tidak sedang memiliki masalah apa pun.

“Mungkin karena jarak yang memisahkan selama bertahun-tahun, bahkan temperamen yang paling buruk pun bisa menjadi lembut. Mungkin karena sudah memiliki firasat, seseorang bisa menemukan ribuan alasan untuk mencintaimu, tetapi hanya butuh satu alasan untuk tidak mencintaimu.”

Olga menatap langit yang berkabut sambil melanjutkan, “Dulu dia bisa mengambil cuti beberapa hari untuk menyeberangi lautan, hanya untuk melewati Hari Valentine bersamaku. Dia sudah tiga tahun tidak kembali.”

Dulu dia akan menyapaku dengan selamat pagi di bawah sinar bulan, tetapi dalam dua tahun terakhir dia makin jarang mengobrol denganku. Awalnya, aku hanya menganggap dia sibuk setelah menyelesaikan studi doktornya, demi dia bisa hidup lebih baik di sana. Aku masih belum lulus kuliah, tetapi sudah mulai bekerja paruh waktu sebagai agen properti. Aku menemani orang makan, tertawa, dan bahkan hampir menemani orang tidur. Aku membelikan dia rumah di sana dengan uang komisi yang kuperoleh dengan susah payah.”

“Selena, tahukah kamu? Ini seperti adegan sinetron yang penuh intrik. Aku pikir aku akan gila. Tapi ketika aku melihat dia masih mengenakan celana dalam merah yang aku kirimkan dari sini, aku tiba-tiba merasa sangat lucu.”

Olga tertawa, tetapi air matanya terus mengalir di atas ubi panggang di tangannya. “Aku bahkan tidak rela membeli secangkir kopi Starbucks di sini. Aku seorang mahasiswa kedokteran dari universitas ternama, setiap hari bekerja keras, tetapi malah menghidupi seorang pria tidak tahu diri. Mungkin saja kartu kreditku telah digunakan oleh mereka berdua,” kata Olga.

Selena memeluknya dengan erat sambil berkata, “Jangan menangis, dia tidak pantas untukmu.”

“Aku juga berpikir begitu, kamu tidak tahu betapa kerennya aku. Aku tidak marah-marah. Aku duduk, menyalakan sebatang rokok, dan mulai menghitung uang yang kudapatkan selama bertahun-tahun bersamanya. Untunglah rumah itu dibeli atas namaku. Malam itu aku menyuruh dia dan selingkuhannya untuk angkat kaki dari rumahku itu.”

Selena agak terkejut, dia tidak menyangka Olga akan setegas itu. “Lalu dia setuju?” tanya Selena.

“Tentu saja tidak. Dia langsung berlutut meminta maaf begitu mendengar bahwa aku bukan hanya ingin mengambil kembali rumah itu, tetapi juga ingin dia mengembalikan uang yang telah kuberikan untuknya selama bertahun-tahun. Saat aku melihat dia menangis sambil berteriak-teriak, aku pun memikirkan, kenapa aku dulu bisa menjadi buta dan menyukai orang seperti itu? Aku tinggal di sana selama beberapa hari, lalu menjual rumah itu dan memutuskan hubungan dengannya sepenuhnya sebelum pulang.”

Olga segera menghapus air mata di wajahnya, lalu berkata, “Selena, kita sudah melewati masa-masa cinta monyet. Antara cinta dan materi, kamu harus memilih salah satu. Setahun lalu aku membujukmu untuk bercerai, tetapi kamu tidak mau. Sekarang kamu sudah sadar, aku pun sangat bahagia. Harvey, si duda kaya raya itu, kekayaannya pasti cukup untuk memenuhi kebutuhanmu dalam hal makan, minum, dan bersenang-senang hingga sepuluh generasi.”

Saat menghabiskan ubi bakarnya, wajah Olga mulai tersenyum. “Coba kamu pikir, meskipun kamu telah kehilangan pria, kamu bisa menggunakan uang yang dia peroleh untuk menghidupi delapan hingga sepuluh pria tampan, berkulit putih, dan bertubuh tinggi, bukankah itu sangat keren?”

Selena tertawa dengan canggung dan berkata, “Ehem. Anu ... aku hanya dapat uang kompensasi 20 miliar.”

“Apa? Pria berengsek itu berselingkuh saat masih dalam status menikah, dia punya muka untuk memberimu 20 miliar?” tanya Olga dengan ekspresi tidak percaya.

“Bukankah bajingan itu memperlakukanmu dengan sangat baik sebelumnya? Kenapa sekarang dia begitu pelit? Dia tidak kekurangan uang.”

Selena tidak menjelaskan lebih lanjut, “Saat seorang pria mencintaimu, kamu dianggap seperti bintang di langit, dia bahkan takut kamu akan terbang walau kamu sudah berada dalam genggamannya. Saat dia tidak mencintaimu, kamu bahkan dianggap tidak sebanding dengan rumput liar di atas tanah. Jangan bicarakan dia lagi. AKu memanggilmu untuk membantuku memindahkan barang-barang.”

“Oke, setelah memindahkan barang, aku akan mentraktirmu hari ini. Ayo kita makan enak malam ini.” Selena tersenyum dan menjawab, “Baik.”

Semua yang ada di dalam rumah adalah milik Harvey, jadi Selena tidak membawa apa pun. Meskipun dia bilang pindah, dia hanya mengambil beberapa barang penting miliknya.

Selena melihat foto pernikahan yang tergantung di dinding. Dirinya tersenyum manis di setiap foto. Harvey yang biasanya tidak banyak bicara pun tersenyum tipis sambil merangkul pinggangnya.

Saat melihat pria bajingan itu, Olga menjadi marah. “Bagaimana kamu akan membereskan foto pernikahan ini? Sebaiknya kamu jual saja sebagai barang bekas, mungkin kamu bisa beli dua ubi bakar dengan uang itu. Kalau tidak, bakar saja.”

Selena menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak perlu, karena sudah akan bercerai, foto itu dibagi dua saja masing- masing setengah.”

Selena menyuruh orang mengeluarkan semua foto dan memotong bagian-bagian foto yang terdapat dirinya, lalu digantung kembali.

Satu-satunya hal yang Selena tidak rela lepaskan adalah kamar bayi yang dirancangnya sendiri dan didekorasi oleh Harvey. Dia tidak ingin anak Agatha tinggal di sana di kemudian hari.

Kamar itu sudah menemani Selena selama satu tahun. Selena hanya memindahkan tempat tidur bayi, lalu menyuruh orang untuk membongkar semua perabotan.

Sesuatu yang membutuhkan waktu lama untuk dibangun, dapat dihancurkan dalam waktu singkat.

Sambil berdiri di depan pintu vila, Selena teringat kegembiraannya saat pertama kali datang ke sini. Betapa manisnya tawanya dulu, sedangkan sekarang air matanya terasa begitu asin.

Dirinya yang dulu pasti tidak pernah menyangka suatu hari nanti hubungannya dengan Harvey akan berakhir seperti ini.

Selena melirik ke pintu rumah untuk terakhir kalinya, seolah mengucapkan selamat tinggal pada dirinya yang ada di masa lalu. Tanpa menoleh lagi, dia pun pergi dengan tenang.

Selena berjalan ke depan Olga dan berkata, “Olga, tolong temani aku ke salon.”

Olga menepuk bahu Selena dengan penuh semangat dan berkata, “Baik! Gaya rambut baru, awal yang baru. Lupakan saja pria bajingan itu! Aku akan mengecat rambutku dengan warna merah muda. Selena, bagaimana denganmu?”This is property © NôvelDrama.Org.

Selena langsung menjawab dengan tegas, “Aku mau potong pendek.”

“Selena, meskipun kamu tampak cantik dengan rambut panjang maupun pendek, tapi menurutku sebaiknya jangan terlalu pendek. Nanti kamu akan menyesal.”

Olga tidak tahu bahwa Selena ingin memiliki rambut panjang atau pendek bukan untuk terlihat cantik, melainkan hanya karena takut rambutnya akan rontok terlalu parah setelah menjalani kemoterapi.

Selena tersenyum lembut sambil berkata, “Aku tidak akan menyesal.”

VIEW ALL S


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.